5 Tanda Pergeseran Politik Besar di Inggris: Reform UK Salip Partai Tradisional, Tantangan Baru bagi Starmer dan Badenoch

Partai Reform UK yang dipimpin Nigel Farage melonjak tajam dalam jajak pendapat, menandai 5 sinyal pergeseran besar dalam lanskap politik…
1 Min Read 0 14

Partai Reform UK yang dipimpin Nigel Farage melonjak tajam dalam jajak pendapat, menandai 5 sinyal pergeseran besar dalam lanskap politik Inggris. Dengan Partai Buruh dan Konservatif sama-sama kehilangan dukungan, laporan Standard Chartered menyoroti potensi guncangan kepemimpinan bagi Keir Starmer dan Kemi Badenoch sebelum 2029.

Inggris sedang berada di tengah perubahan politik besar yang belum terlihat sejak masa referendum Brexit. Dalam laporan terbarunya, Standard Chartered menyebut bahwa naiknya Reform UK—partai yang kini menempati posisi puncak dalam survei nasional—menjadi tanda kuat pergeseran opini publik terhadap dua kekuatan politik utama: Partai Buruh dan Partai Konservatif.

Penurunan Dukungan untuk Partai Tradisional

Dalam waktu 14 bulan sejak pemilihan umum terakhir, dukungan terhadap Partai Buruh anjlok sekitar sepertiga, meski sebelumnya partai tersebut memegang mayoritas kursi di parlemen.
Namun, Partai Konservatif juga gagal memanfaatkan momentum ini. Publik tampak lelah dengan 14 tahun kepemimpinan Tory yang dianggap stagnan dan kehilangan arah.

Sebaliknya, Nigel Farage dengan Reform UK berhasil menggandakan dukungan pemilih dan kini menjadi partai politik paling populer di Inggris, mengguncang tatanan dua partai besar yang sudah lama menguasai panggung politik.

Ketidakpuasan Publik yang Meluas

Standard Chartered menjelaskan bahwa lonjakan Reform UK merupakan cerminan kekecewaan masyarakat terhadap kebijakan ekonomi dan sosial pemerintah.
Krisis biaya hidup, backlog panjang di National Health Service (NHS), serta meningkatnya tekanan migrasi menjadi faktor utama yang menurunkan kepercayaan terhadap partai-partai lama.

“Kenaikan Reform UK menandakan meningkatnya ketidakpuasan pemilih terhadap partai-partai tradisional dan platform kebijakan mereka,” tulis laporan tersebut.

Tidak Ada Pemilu Awal, Tapi Banyak Ruang untuk Perubahan

Pemilu berikutnya tidak akan digelar sebelum Agustus 2029, menurut laporan Standard Chartered. Hal ini memberikan waktu panjang bagi semua partai untuk memperbaiki citra dan strategi mereka.
Meskipun begitu, analis memperkirakan peluang pemilu dini sangat rendah, tetapi tantangan kepemimpinan internal bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.

Bagi Partai Buruh, prioritas utama adalah memperjelas agenda ekonomi, memperbaiki performa NHS, dan mengatasi masalah migrasi bersih. Tanpa langkah konkret di bidang ini, elektabilitas partai bisa terus menurun.

Partai Konservatif Kehilangan Kredibilitas Ekonomi

Sementara itu, Partai Konservatif menghadapi tugas berat untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap pengelolaan ekonomi.
Setelah 14 tahun berkuasa, partai pimpinan Kemi Badenoch kini dianggap kehilangan arah dalam menanggulangi imigrasi ilegal dan menstabilkan ekonomi domestik.

“Menyerang kebijakan ekonomi pemerintah memang mudah dilakukan, tapi membangun kembali kepercayaan publik jauh lebih sulit,” kata analis Standard Chartered.

Kegagalan dalam memperbaiki isu ekonomi bisa membuat Konservatif semakin tertinggal dari partai-partai baru seperti Reform UK dan bahkan Partai Hijau yang terus mencatat kenaikan suara.

Risiko Tantangan Kepemimpinan di Dua Partai Utama

Dukungan publik yang terus merosot membuka peluang gejolak internal di Partai Buruh dan Partai Konservatif.
Perdana Menteri Keir Starmer akan menghadapi ujian besar pada 26 November, ketika anggaran baru dirilis. Jika kebijakan fiskal terlalu ketat, hal itu bisa memperburuk tekanan terhadap pemerintahannya.

Sementara itu, Kemi Badenoch bisa menghadapi tekanan internal jika Partai Konservatif mengalami kekalahan besar dalam pemilihan lokal tahun depan. Situasi ini dapat memicu upaya penggantian pemimpin partai sebelum 2026.

Reform UK dan Kebangkitan Partai Alternatif

Naiknya Reform UK turut mendorong Partai Liberal Demokrat dan Partai Hijau untuk memperkuat posisi mereka.
Kini, lima partai utama di Inggris — Buruh, Konservatif, Reform UK, Liberal Demokrat, dan Hijau — semuanya mencatat dukungan di atas 10%, menandakan fragmentasi politik yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu.

Fenomena ini menunjukkan bahwa pemilih Inggris semakin plural dan rasional, tidak lagi terikat pada dua partai besar yang telah mendominasi sejak abad ke-20.

Dampak Ekonomi dari Ketidakpastian Politik

Standard Chartered juga menyoroti bahwa ketidakstabilan politik dapat memengaruhi iklim investasi dan prospek ekonomi Inggris.
Investor cenderung menunggu kepastian arah kebijakan sebelum mengambil keputusan besar, terutama di tengah tekanan global seperti inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa.

Meski begitu, analis menilai bahwa reformasi politik dapat membawa dampak jangka panjang yang positif jika mendorong transparansi dan kompetisi kebijakan yang lebih sehat.

Inggris Memasuki Era Politik Baru

Laporan Standard Chartered menegaskan bahwa Inggris kini tengah memasuki fase politik yang paling dinamis dalam dua dekade terakhir.
Jika partai-partai utama gagal beradaptasi dengan perubahan perilaku pemilih, mereka bisa kehilangan relevansi politik. Sebaliknya, partai baru seperti Reform UK berpotensi menjadi kekuatan penentu arah kebijakan nasional di masa depan.

“Jika tidak ada perubahan arah kebijakan, Inggris bisa menghadapi dekade politik yang tidak stabil — dengan risiko tinggi bagi ekonomi dan investasi,” tulis laporan tersebut.

Namun, bila pemerintah dan oposisi mampu berbenah, pergeseran politik ini justru dapat membuka babak baru bagi demokrasi Inggris yang lebih kompetitif, transparan, dan responsif terhadap kebutuhan rakyatnya.

Team

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *