Rabu , 22 Oktober 2025 USD Bertahan di Puncak, Pasar Tunggu Data Inflasi dan PMI: Sinyal The Fed Kian Dovish

Dolar AS tetap kuat di tengah perdagangan yang ketat menjelang rilis data inflasi dan PMI terbaru. Penutupan pemerintah AS dan…
1 Min Read 0 2

Dolar AS tetap kuat di tengah perdagangan yang ketat menjelang rilis data inflasi dan PMI terbaru. Penutupan pemerintah AS dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed menambah ketidakpastian pasar global.

Dolar AS Stabil di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Dolar Amerika Serikat (USD) tetap mempertahankan penguatannya pada awal pekan ini, meskipun pasar bergerak dalam kisaran perdagangan yang relatif sempit. Investor memilih berhati-hati sambil menunggu dua rilis data penting dari Amerika Serikat, yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK) September dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Oktober.
Menurut laporan dari Brown Brothers Harriman (BBH), stabilnya pergerakan dolar saat ini menggambarkan fase konsolidasi pasar menjelang data yang berpotensi menjadi penentu arah kebijakan moneter The Fed berikutnya.

Di sisi lain, penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) yang belum terselesaikan terus menambah ketidakpastian terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi, serta memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve akan segera beralih ke kebijakan moneter yang lebih longgar menjelang akhir tahun.

Pasar Valas Bergerak Ketat, Volatilitas Mendekati Rekor Terendah

Analis BBH mencatat bahwa Dolar AS masih dalam tren kenaikan moderat, meskipun volatilitas pasar valas berada jauh di bawah rata-rata jangka panjang.
“USD membangun keuntungan kemarin, namun tetap diperdagangkan dalam kisaran yang ketat karena tidak ada rilis data signifikan dari AS,” tulis analis BBH dalam catatannya.

Kondisi ini menandakan bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri, menunggu arah yang lebih jelas dari data ekonomi yang akan datang.
Volatilitas rendah mencerminkan ketenangan sementara di pasar keuangan global, tetapi juga menjadi tanda bahwa pergerakan besar dapat terjadi begitu data inflasi dan PMI dirilis.

Penutupan Pemerintah AS: Ancaman Baru bagi Pertumbuhan

Situasi politik di Washington kembali menjadi sorotan utama. Penutupan pemerintahan AS yang telah berlangsung selama 22 hari kini tercatat sebagai yang terpanjang kedua dalam sejarah.
Baik partai Republik maupun Demokrat belum mencapai kesepakatan, dan pembahasan lanjutan baru dijadwalkan pada 28 Oktober. Jika kebuntuan ini terus berlanjut hingga 5 November, maka shutdown kali ini akan menjadi yang terpanjang sepanjang masa.

Analis BBH memperingatkan bahwa semakin lama penutupan ini berlangsung, semakin besar risiko terhadap pertumbuhan ekonomi AS.
Penundaan pembayaran gaji pegawai negeri, keterlambatan pengadaan proyek publik, serta gangguan pada lembaga statistik ekonomi dapat memperlambat momentum pasar tenaga kerja dan menurunkan kepercayaan bisnis.

“Penutupan pemerintah yang berkepanjangan akan memperburuk risiko perlambatan ekonomi dan menekan sentimen investor,” tulis BBH dalam laporannya.
Kondisi ini berpotensi memperkuat argumen bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

The Fed Semakin Dovish di Tengah Tekanan Ekonomi

Fokus pasar kini tertuju pada kebijakan Federal Reserve (The Fed). Berdasarkan kontrak berjangka dana Fed, pelaku pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjelang akhir tahun, menurunkan kisaran target menjadi 3,50%–3,75%.
Ekspektasi ini sejalan dengan proyeksi median FOMC, yang mengindikasikan sikap lebih dovish setelah periode kebijakan moneter ketat selama dua tahun terakhir.

Analis BBH menilai bahwa pertemuan FOMC bulan Desember akan menjadi titik balik penting.
Kebijakan suku bunga tinggi yang telah berlangsung sejak 2023 mulai menunjukkan dampak pada sektor tenaga kerja dan konsumsi rumah tangga.
Sementara itu, inflasi yang melandai secara bertahap mengurangi urgensi bagi The Fed untuk mempertahankan kebijakan ketat.

“Kami memperkirakan The Fed akan bersikap lebih akomodatif pada pertemuan mendatang karena risiko kenaikan inflasi tidak lagi dominan, sementara tekanan terhadap pasar tenaga kerja semakin nyata,” ungkap BBH.

Tren Penurunan Dolar Masih Terbuka di Akhir Tahun

Meskipun USD masih bertahan di level tinggi, banyak analis memperkirakan potensi koreksi menurun di akhir tahun 2025.
Kombinasi antara kebijakan The Fed yang lebih longgar, ketidakpastian fiskal akibat penutupan pemerintah, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi global bisa menjadi katalis pelemahan dolar.

Secara teknikal, indeks dolar (DXY) masih bergerak di kisaran 99,00–100,50, dengan area support kuat di bawah 98,80.
Jika data IHK dan PMI nanti menunjukkan pelemahan ekonomi yang signifikan, pasar kemungkinan akan mulai menyesuaikan ekspektasi dan melakukan aksi jual terhadap dolar.

Namun, beberapa pelaku pasar masih melihat dolar sebagai aset lindung nilai (safe haven) di tengah ketidakpastian geopolitik global — termasuk konflik di Eropa Timur dan perlambatan ekonomi Tiongkok.
Hal ini bisa menahan tekanan jual terhadap USD dalam jangka pendek.

USD dalam Fase Menentukan

Dengan ketegangan politik domestik dan rilis data ekonomi penting yang sudah di depan mata, Dolar AS saat ini berada dalam fase penentuan arah jangka menengah.
Jika data inflasi tetap stabil sementara pasar tenaga kerja melemah, The Fed kemungkinan akan menegaskan arah kebijakan dovish pada akhir tahun, yang dapat memicu pelemahan USD lebih lanjut.

Sebaliknya, jika data inflasi menunjukkan tanda-tanda meningkat, tren penguatan dolar dapat berlanjut sementara waktu.
Bagaimanapun juga, pasar global kini berada dalam posisi siaga tinggi, menanti data dan keputusan kebijakan yang akan menentukan langkah berikutnya bagi ekonomi terbesar di dunia ini.

Team

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *