Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Tiongkok sepakat membuka kembali ekspor tanah jarang dan mineral kritis secara bebas. Kesepakatan ini memicu penguatan Dolar AS terhadap Yen Jepang dan menjadi sinyal positif bagi hubungan dagang kedua negara.
Kesepakatan Strategis di Tengah Ketegangan Dagang
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mencuri perhatian pasar global setelah mengumumkan bahwa Tiongkok setuju untuk melanjutkan ekspor tanah jarang, mineral kritis, dan magnet secara terbuka dan bebas. Pengumuman ini disampaikan pada sesi perdagangan Eropa hari Kamis, dalam pernyataannya yang menandai potensi perbaikan signifikan dalam hubungan dagang kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.
Kabar ini disambut positif oleh pelaku pasar, yang menilai langkah tersebut sebagai sinyal deeskalasi ketegangan perdagangan AS–Tiongkok dan peluang untuk memperkuat kerja sama di sektor energi dan sumber daya strategis.
Trump menyampaikan bahwa Beijing tidak hanya akan membuka kembali ekspor tanah jarang, tetapi juga memulai proses pembelian energi dari Amerika Serikat. Langkah ini diyakini akan menguntungkan kedua pihak: memperkuat posisi industri energi AS, sekaligus menjamin pasokan bahan baku penting bagi industri manufaktur Tiongkok.
“China juga telah sepakat untuk memulai proses pembelian energi Amerika,” kata Trump dalam pernyataannya. “Chris Wright, Doug Burgum, dan tim energi kami akan bertemu untuk membahas rincian dan memastikan kesepakatan energi ini bisa segera terwujud.”
Kesepakatan ini mencakup komitmen untuk memperlancar perdagangan produk strategis yang sebelumnya menjadi sumber gesekan dalam hubungan bilateral. Seperti diketahui, tanah jarang (rare earth elements) memainkan peran vital dalam produksi teknologi tinggi — mulai dari mobil listrik, turbin angin, chip semikonduktor, hingga sistem pertahanan militer.
Langkah Penting bagi Industri Global
Pengumuman ini menjadi kabar baik bagi industri global yang selama ini khawatir terhadap gangguan rantai pasok mineral penting. Tiongkok, yang menguasai lebih dari 70% produksi dan ekspor tanah jarang dunia, sempat menahan ekspor bahan tersebut pada puncak perang dagang tahun-tahun sebelumnya.
Keputusan untuk membuka kembali ekspor tanah jarang secara bebas dan transparan dipandang sebagai langkah diplomatik yang menenangkan pasar serta membuka peluang kerja sama teknologi dan energi lintas negara.
“Jika kesepakatan ini benar-benar terealisasi, industri teknologi global akan bernapas lega,” ujar analis komoditas dari Morgan Futures, Elliot White. “Ketersediaan tanah jarang adalah kunci keberlanjutan rantai pasok sektor energi hijau dan industri pertahanan.”
Dampak Langsung ke Pasar Valuta Asing
Reaksi pasar langsung terasa di sesi perdagangan Eropa. Indeks Dolar AS (DXY) yang sempat melemah pada awal perdagangan berbalik menguat ke 99,20, menandakan meningkatnya optimisme terhadap prospek perdagangan global setelah pertemuan Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Di saat yang sama, Yen Jepang melemah — mencatat penurunan 0,69% terhadap Dolar AS — karena investor beralih ke aset berisiko setelah meredanya ketegangan geopolitik.
Berdasarkan data terkini, Dolar AS menjadi mata uang terkuat terhadap Yen, sementara masih stabil terhadap Euro dan Poundsterling. Berikut perbandingan perubahan nilai Dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia:
| Mata Uang | Perubahan terhadap USD |
|---|---|
| EUR | -0,08% |
| GBP | 0,00% |
| JPY | +0,69% |
| CAD | +0,03% |
| AUD | -0,06% |
| NZD | -0,16% |
| CHF | -0,06% |
Kinerja ini menunjukkan pemulihan kekuatan Dolar AS setelah berita kesepakatan energi dan ekspor mineral dari Tiongkok diumumkan.
Analisis: Sinyal Stabilitas Baru di Pasar Global
Pengumuman dari Trump ini bukan sekadar kabar dagang, tetapi juga indikator politik ekonomi global. Langkah Tiongkok membuka kembali jalur ekspor tanah jarang memberi sinyal bahwa Beijing siap mengambil peran konstruktif dalam menstabilkan pasar global yang sebelumnya diguncang oleh perang tarif dan kebijakan proteksionis.
Sementara bagi Washington, kesepakatan ini menjadi kemenangan diplomatik yang memperkuat posisi AS di bidang energi dan manufaktur teknologi tinggi.
Analis geopolitik Linda Chow dari Asia Strategy Institute menilai langkah ini strategis untuk memperkuat posisi AS dalam rantai pasok energi global. “Dengan kesepakatan ini, AS berpotensi mendapatkan akses jangka panjang terhadap pasokan bahan mentah penting tanpa harus bergantung pada sumber dari negara ketiga,” ujarnya.
Prospek Jangka Panjang: Menuju Era Perdagangan yang Lebih Terbuka
Langkah Tiongkok membuka ekspor tanah jarang bisa menjadi awal dari normalisasi hubungan perdagangan yang lebih luas antara dua negara. Beberapa analis memperkirakan bahwa kesepakatan lanjutan di bidang energi dan mineral dapat mengarah pada perundingan dagang yang lebih komprehensif dalam beberapa bulan ke depan.
Selain itu, pasar logam dan energi global kemungkinan akan menyesuaikan diri dengan kebijakan baru ini. Harga logam tanah jarang, yang sempat naik tajam karena kekhawatiran pasokan, diprediksi akan stabil. Begitu pula dengan indeks saham di sektor energi dan teknologi, yang berpotensi mencatat penguatan dalam jangka pendek.
Namun, sebagian analis tetap berhati-hati. Mereka menilai implementasi perjanjian masih harus dilihat secara konkret di lapangan, terutama terkait volume ekspor dan transparansi perdagangan.
“Langkah ini positif, tapi kita masih menunggu rincian teknisnya,” ujar Christopher Jenkins, analis pasar di HSBC Global. “Yang terpenting adalah konsistensi kebijakan dalam beberapa bulan ke depan.”
Sinyal Positif untuk Pasar dan Diplomasi Global
Secara keseluruhan, pengumuman Trump tentang kesepakatan ekspor tanah jarang menandai babak baru dalam diplomasi ekonomi global. Dengan keterlibatan langsung tim energi AS dan sikap terbuka Tiongkok, pasar kini memiliki alasan kuat untuk optimistis terhadap pemulihan hubungan dagang antara kedua negara.
Meski masih ada tantangan dalam implementasi, kesepakatan ini berpotensi menjadi fondasi penting bagi stabilitas ekonomi global, sekaligus memperkuat posisi Dolar AS di tengah dinamika geopolitik yang terus berubah.