USD/JPY tetap bertahan di atas level psikologis 150, dipicu melemahnya minat safe haven terhadap yen Jepang. Dengan pemerintahan baru Sanae Takaichi yang dipandang lemah secara politik, pasar kini menanti langkah Bank of Japan (BoJ) terkait kemungkinan kenaikan suku bunga pada Oktober atau Desember mendatang.
USD/JPY Bertahan di Atas 150: Yen di Bawah Tekanan Jelang Keputusan BoJ
JAKARTA — Pasangan mata uang USD/JPY tetap menguat di atas level psikologis 150,00 pada perdagangan minggu ini, menandakan tekanan berkelanjutan terhadap yen Jepang (JPY). Menurut analis valas ING, Francesco Pesole, pelemahan yen terutama disebabkan oleh berkurangnya minat investor terhadap aset safe haven, seiring meredanya ketegangan di pasar keuangan Amerika Serikat.
Sementara itu, perubahan politik di Jepang tampaknya belum mampu memberikan katalis positif bagi mata uang tersebut. Konfirmasi Sanae Takaichi sebagai Perdana Menteri Jepang justru memunculkan kekhawatiran baru karena pemerintahannya terbentuk dari koalisi minoritas, yang dinilai akan membatasi ruang fiskal dan stimulus ekonomi.
Pemerintahan Baru Jepang: Lemahnya Dukungan Politik Batasi Manuver Fiskal
Pesole menjelaskan bahwa walaupun Sanae Takaichi berhasil terpilih dengan selisih empat suara dari ambang batas mayoritas, struktur pemerintahannya tetap rapuh.
“Pemerintahan minoritas berarti Takaichi akan kesulitan melaksanakan ekspansi fiskal yang agresif,” jelas Pesole dalam analisis terbarunya.
Koalisi LDP-Ishin yang dipimpin Takaichi kekurangan dua kursi untuk mencapai mayoritas di parlemen. Kondisi ini menyebabkan kebijakan fiskal berskala besar sulit diwujudkan, padahal banyak pelaku pasar berharap ada dorongan ekonomi baru untuk memperkuat pertumbuhan Jepang.
Selain itu, tingkat utang publik Jepang yang tinggi membuat ruang bagi kebijakan fiskal ekspansif semakin sempit. Para investor kini mengalihkan perhatian mereka pada kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ) yang mungkin menjadi satu-satunya alat efektif untuk menstabilkan mata uang yen.
Fokus Pasar Beralih ke Bank of Japan (BoJ)
Pasar kini menantikan langkah Bank of Japan yang dijadwalkan mengadakan rapat kebijakan pada 30 Oktober 2025. ING memperkirakan ada peluang kenaikan suku bunga sebesar 4 basis poin (bps) pada pertemuan tersebut, sebagai respons terhadap lemahnya yen dan tekanan inflasi yang mulai meningkat.
Pesole mencatat, jika BoJ tidak mengambil tindakan bulan ini, Desember menjadi waktu yang sangat mungkin untuk langkah pengetatan berikutnya.
“Kecuali BoJ bergerak pada Oktober atau USD mengalami tekanan idiosinkratik baru, USD/JPY kemungkinan tetap di atas 150,0,” ungkapnya.
Ekspektasi pasar saat ini menunjukkan kenaikan suku bunga sebesar 15 bps hingga akhir tahun, tetapi tingkat ketidakpastian tetap tinggi karena kebijakan BoJ sering bergantung pada dinamika inflasi domestik dan stabilitas sektor keuangan.
Pelemahan Yen: Efek dari Berkurangnya Minat Safe Haven
Kinerja yen Jepang yang melemah juga tidak lepas dari pergeseran sentimen investor global. Meredanya kekhawatiran tentang kondisi fiskal AS dan berkurangnya ketegangan di pasar obligasi membuat investor kembali mencari aset berisiko.
Sebagai akibatnya, permintaan terhadap yen sebagai aset lindung nilai (safe haven) menurun tajam. Kondisi ini membuat yen menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk minggu ini, bersama dengan beberapa mata uang Asia lain yang terdampak oleh penguatan dolar AS.
Pasangan USD/JPY sempat menyentuh level 150,80, mendekati puncak tahunannya, sebelum kembali stabil. Level tersebut menjadi batas psikologis penting bagi trader, karena menimbulkan spekulasi tentang potensi intervensi dari otoritas Jepang untuk menahan pelemahan yen yang berlebihan.
Tekanan Inflasi dan Carry Trade Dorong Dolar Tetap Kuat
Salah satu faktor tambahan yang menekan yen adalah carry trade—strategi di mana investor meminjam mata uang dengan bunga rendah seperti yen, lalu menukarnya dengan aset berimbal hasil tinggi. Dengan suku bunga Jepang masih sangat rendah, yen menjadi mata uang utama dalam strategi tersebut.
Sementara itu, dolar AS tetap kuat karena data ekonomi AS yang solid dan ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Kombinasi dua faktor ini menjadikan USD/JPY sulit turun di bawah 150 tanpa adanya kejutan kebijakan dari BoJ.
Analis juga menyoroti bahwa tingkat inflasi Jepang yang mulai naik ke atas target 2% BoJ dapat memaksa bank sentral tersebut untuk menyesuaikan kebijakan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Reaksi Pasar dan Prospek ke Depan
Meskipun tekanan terhadap yen masih kuat, beberapa analis memperingatkan bahwa potensi intervensi pemerintah Jepang tetap terbuka, terutama jika volatilitas meningkat tajam.
“Level 151,00 hingga 152,00 menjadi area yang diawasi ketat oleh Kementerian Keuangan Jepang,” tulis ING dalam laporannya.
Jika BoJ menunda kenaikan suku bunga hingga Desember, USD/JPY berisiko menembus 152,00, yang akan memicu reaksi dari otoritas untuk menstabilkan mata uang domestik.
Namun, jika bank sentral memberi sinyal pengetatan pada akhir Oktober, yen berpeluang menguat kembali ke kisaran 148,50–149,00 dalam jangka pendek.
Yen Lemah, Tekanan BoJ Menguat
Situasi saat ini menempatkan Bank of Japan pada posisi sulit. Di satu sisi, yen terus melemah dan menimbulkan risiko inflasi impor. Di sisi lain, menaikkan suku bunga terlalu cepat dapat mengguncang pasar keuangan domestik yang masih rapuh.
Untuk sementara, USD/JPY tampaknya akan tetap bertahan di atas 150, setidaknya hingga ada sinyal tegas dari BoJ atau perubahan besar dalam kebijakan moneter AS. Dengan ketidakpastian global yang masih tinggi, pelaku pasar harus mewaspadai potensi volatilitas tajam menjelang keputusan BoJ akhir bulan ini.