IHSG Terseret ke Zona Merah di Awal Perdagangan, Aksi Ambil Untung Warnai Pasar

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada Rabu, 29 Oktober 2025, di tengah aksi ambil untung dan tekanan global.…
1 Min Read 0 6

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada Rabu, 29 Oktober 2025, di tengah aksi ambil untung dan tekanan global. Simak analisis lengkap pergerakan IHSG hari ini dan faktor eksternal yang memengaruhinya.

IHSG Bergerak Fluktuatif, Investor Hati-Hati

Pasar modal Indonesia kembali dibuka dengan sentimen negatif pada Rabu (29/10/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan, mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar setelah reli kuat beberapa waktu terakhir.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG sempat bergerak fluktuatif pada 19 menit pertama di kisaran 8.059–8.115. Setelah sempat menyentuh zona hijau, indeks berbalik arah dan turun 0,24% atau 19,63 poin ke level 8.072,9 pada pukul 09.19 WIB.

Kondisi ini menandai adanya tekanan jual yang cukup besar dari investor yang memilih merealisasikan keuntungan (profit taking) di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Meski awalnya sempat dibuka positif, IHSG dengan cepat kehilangan momentum penguatannya. Para pelaku pasar tampak memilih strategi konservatif sambil menunggu arah pasar global yang lebih jelas.

Dalam 19 menit pertama perdagangan, 266 saham tercatat menguat, sementara 245 saham melemah, dan 169 saham stagnan. Pergerakan tersebut menandakan pasar dalam posisi mixed, dengan tekanan lebih besar pada saham-saham berkapitalisasi besar (blue chip).

Volume transaksi pada periode tersebut mencapai 4,95 miliar lembar saham senilai Rp2,25 triliun, dengan frekuensi 344.351 kali transaksi. Aktivitas yang tinggi ini memperlihatkan minat investor masih cukup kuat, meski diwarnai dengan sikap berhati-hati menjelang rilis sejumlah data ekonomi penting.

Bursa Global Beri Tekanan Tambahan

Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali mencetak rekor tertinggi baru pada Selasa (28/10/2025). Ketiga indeks utama Wall Street — S&P 500, Dow Jones Industrial Average, dan Nasdaq Composite — terus melaju untuk hari ketiga berturut-turut.

* S&P 500 naik 0,2%, menembus rekor tertingginya berkat dorongan dari sektor teknologi dan layanan komunikasi.

* Dow Jones Industrial Average menguat 161 poin atau sekitar 0,3%, ditopang oleh saham-saham industri dan keuangan.

* Nasdaq Composite melonjak 0,8%, dipicu kenaikan harga saham-saham raksasa teknologi seperti Apple, Nvidia, dan Amazon.

Kinerja impresif bursa AS ini mencerminkan optimisme investor terhadap pelonggaran kebijakan moneter dan turunnya inflasi. Namun, bagi pasar Asia termasuk Indonesia, tren positif ini justru menimbulkan tekanan karena potensi aliran modal keluar (capital outflow) menuju aset-aset berdenominasi dolar AS.

Aksi Ambil Untung Dominasi Pasar

Analis pasar menilai, pelemahan IHSG pada awal perdagangan ini merupakan fase koreksi wajar setelah reli signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Para investor domestik maupun asing tampak melakukan aksi ambil untung (profit taking), terutama pada saham-saham yang sebelumnya naik tajam di sektor keuangan, pertambangan, dan teknologi.

Selain faktor teknikal, pasar juga diwarnai oleh ketidakpastian global terkait arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dan pergerakan rupiah terhadap dolar AS. Investor cenderung menunggu sinyal lebih jelas dari kebijakan moneter AS serta data inflasi Indonesia yang akan dirilis akhir bulan.

“Pasar sedang mencari keseimbangan baru. Setelah kenaikan beruntun beberapa waktu lalu, tekanan jual jangka pendek adalah hal yang normal,” ujar seorang analis dari perusahaan sekuritas di Jakarta. “Namun, potensi rebound tetap terbuka jika sentimen global kembali stabil.”

Sektor yang Menekan IHSG

Penurunan IHSG pagi ini terutama disebabkan oleh koreksi pada sejumlah sektor utama:

1.Sektor Keuangan — saham perbankan besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI terkoreksi setelah mencatat kenaikan signifikan sebelumnya.

2.Sektor Pertambangan — pelemahan harga komoditas global, khususnya nikel dan batu bara, menekan saham seperti ADRO, INCO, dan ITMG.

3.Sektor Teknologi — beberapa saham teknologi kembali terkoreksi akibat aksi ambil untung investor ritel.

Sementara itu, sektor barang konsumsi dan infrastruktur masih menunjukkan ketahanan, seiring dengan meningkatnya harapan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan peningkatan daya beli masyarakat menjelang akhir tahun.

Outlook IHSG: Potensi Rebound Terbuka

Meski dibuka melemah, prospek IHSG masih cukup positif dalam jangka menengah. Beberapa analis memperkirakan koreksi saat ini bersifat sementara, dengan peluang rebound jika sentimen global membaik.

Level support IHSG diperkirakan berada di kisaran 8.050–8.060, sementara resistance terdekat berada di 8.130–8.150. Jika tekanan jual berkurang dan volume pembelian meningkat, IHSG berpeluang menguji kembali level psikologis 8.200 dalam waktu dekat.

Dari sisi fundamental, stabilitas ekonomi Indonesia tetap menjadi faktor pendukung utama. Inflasi yang terkendali, surplus neraca perdagangan, dan likuiditas pasar yang terjaga menjadi fondasi kuat bagi pasar saham domestik.

Investor Diminta Waspada Tapi Optimistis

Pelemahan IHSG pada Rabu pagi mencerminkan fase penyesuaian alami di tengah gejolak eksternal. Meskipun tekanan global masih membayangi, potensi pertumbuhan pasar modal Indonesia tetap besar seiring dengan fundamental ekonomi yang kuat.

Investor disarankan untuk tetap selektif memilih saham berfundamental baik dan menghindari panic selling. Strategi defensif dengan fokus pada saham sektor konsumsi, infrastruktur, dan keuangan dinilai masih menarik untuk jangka menengah hingga akhir tahun.

Team

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *