Pound Sterling Rebound, Didukung Data Penjualan Ritel dan PMI Inggris yang Menguat

Pound Sterling menguat setelah data penjualan ritel dan PMI Inggris menunjukkan hasil positif di atas ekspektasi. Investor kini menanti arah…
1 Min Read 1 6

Pound Sterling menguat setelah data penjualan ritel dan PMI Inggris menunjukkan hasil positif di atas ekspektasi. Investor kini menanti arah kebijakan The Fed dan perkembangan negosiasi perdagangan AS–Tiongkok.

PMI Inggris Tumbuh di Atas Ekspektasi

Jakarta,Pound Sterling (GBP) mengalami rebound pada perdagangan Jumat setelah rilis data ekonomi Inggris yang lebih baik dari perkiraan. Kombinasi dari data penjualan ritel yang meningkat dan PMI sektor swasta yang solid memberikan dorongan positif bagi mata uang Inggris terhadap Dolar AS (USD).

Menurut laporan Kantor Statistik Nasional (ONS), penjualan ritel Inggris naik sebesar 0,5% secara bulanan pada September, melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan 0,2%. Meski sedikit lebih rendah dari pertumbuhan Agustus sebesar 0,6% (yang direvisi naik dari 0,5%), hasil ini tetap menunjukkan ketahanan konsumsi domestik di tengah ketidakpastian ekonomi.

Secara tahunan, belanja konsumen Inggris juga mencatat peningkatan signifikan sebesar 1,5%, jauh di atas konsensus 0,6% dan hasil bulan sebelumnya 0,7%. Kinerja tersebut menunjukkan bahwa sektor ritel masih menjadi penopang utama perekonomian Inggris, sekaligus mengurangi kekhawatiran akan perlambatan konsumsi akibat tekanan inflasi dan suku bunga tinggi.

Sementara itu, data Purchasing Managers Index (PMI) yang dirilis oleh S&P Global turut memperkuat sentimen pasar. PMI Gabungan Inggris naik menjadi 51,1 pada Oktober, lebih tinggi dibandingkan proyeksi 50,6 dan pembacaan sebelumnya 50,1.

Pertumbuhan tersebut didorong oleh sektor jasa yang tetap ekspansif dan perbaikan signifikan di sektor manufaktur. PMI Jasa tercatat di 51,1, sedikit melampaui ekspektasi 51,0 dan angka bulan sebelumnya 50,8. Sedangkan PMI Manufaktur meningkat tajam menjadi 49,6 dari 46,2 di bulan September — masih di bawah level ekspansi (50,0), namun menunjukkan kontraksi yang jauh lebih lambat.

Kombinasi dari dua data utama ini menandakan adanya stabilisasi ekonomi Inggris setelah periode stagnasi pada kuartal sebelumnya. Analis menilai bahwa data positif ini dapat meredakan kekhawatiran Bank of England (BoE) terhadap prospek ekonomi domestik dan mendukung pandangan bahwa Inggris mampu menghindari resesi teknikal dalam jangka pendek.

Komentar Bank of England: Waspadai Dampak Global

Meski demikian, pejabat BoE tetap berhati-hati. Anggota Komite Kebijakan Moneter (MPC), Swati Dhingra, memperingatkan bahwa ketegangan perdagangan global, khususnya kebijakan tarif Amerika Serikat (AS), berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi dan inflasi global.

“Tarif berarti pertumbuhan keseluruhan yang lebih rendah dan tekanan turun pada harga dalam jangka menengah,” ujar Dhingra dalam konferensi yang diselenggarakan oleh Bank Sentral Irlandia.

Pernyataan ini menegaskan bahwa BoE akan tetap berhati-hati dalam menetapkan suku bunga, mengingat tekanan eksternal dari inflasi global, volatilitas mata uang, serta ketidakpastian kebijakan The Fed.

Fokus Pasar: Inflasi AS dan Negosiasi Perdagangan

Pada sisi eksternal, investor kini mengalihkan perhatian ke dua agenda besar: data inflasi AS (CPI) dan perundingan perdagangan tingkat tinggi antara AS dan Tiongkok.

Pertemuan tersebut akan mempertemukan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng di sela-sela KTT ASEAN di Malaysia. Pasar menantikan hasil diskusi ini, mengingat hubungan dagang kedua negara kembali tegang setelah Tiongkok memberlakukan kontrol ekspor terhadap mineral tanah jarang, dan AS menanggapi dengan ancaman pembatasan ekspor teknologi strategis.

Di sisi lain, data CPI AS untuk September diperkirakan menunjukkan kenaikan 3,1% secara tahunan, lebih tinggi dari rilis sebelumnya 2,9%. Inflasi inti – yang mengecualikan energi dan pangan – juga diproyeksikan naik stabil sebesar 3,1%.

Tekanan inflasi yang meningkat ini dapat mempersempit ruang kebijakan bagi Federal Reserve (The Fed) menjelang pertemuan kebijakan moneter minggu depan. Namun para analis menilai, The Fed kemungkinan tetap mempertahankan sikap dovish karena kekhawatiran terhadap perlambatan pasar tenaga kerja.

Analisis Teknis: GBP/USD Masih di Bawah Tekanan

Secara teknikal, GBP/USD bergerak mendatar di sekitar 1,3330 selama sesi Eropa pada Jumat. Meskipun terjadi rebound setelah data ekonomi positif, tren jangka pendek masih menunjukkan kecenderungan bearish karena harga tetap di bawah Exponential Moving Average (EMA) 20-hari, yang berada di sekitar 1,3395.

Indikator Relative Strength Index (RSI) 14-hari juga bertahan di area 40, menandakan momentum netral dengan potensi tekanan turun jika RSI menembus level tersebut. Di sisi bawah, support utama terletak di level terendah 1 Agustus di 1,3140, sedangkan resistance kunci berada di level psikologis 1,3500.

Dengan latar belakang fundamental yang membaik, pergerakan Pound Sterling dalam jangka menengah akan bergantung pada arah inflasi global, kebijakan The Fed, dan sinyal suku bunga BoE pada pertemuan berikutnya.

Optimisme Terbatas, Waspadai Faktor Global

Secara keseluruhan, rebound Pound Sterling mencerminkan optimisme hati-hati dari pasar terhadap pemulihan ekonomi Inggris. Kinerja penjualan ritel dan PMI yang solid menjadi sinyal positif, namun investor tetap mewaspadai dinamika eksternal — termasuk arah inflasi AS dan tensi perdagangan global — yang dapat memengaruhi volatilitas mata uang Inggris dalam waktu dekat.

Team

One thought on “Pound Sterling Rebound, Didukung Data Penjualan Ritel dan PMI Inggris yang Menguat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *