Rupiah mengawali minggu ini dengan sedikit napas lega. Nilainya menguat tipis terhadap Dolar AS, bergerak turun ke 88,25 setelah sebelumnya sempat mencapai rekor tertinggi baru di atas 88,50. Penurunan cepat ini sepertinya terjadi karena Bank Indonesia (BI) turun tangan untuk menopang Rupiah, seperti dilaporkan Reuters.
Rupiah Masih Dihantui Aksi Jual Investor Asing
Rupiah sebenarnya masih dihantui sentimen negatif. Soalnya, investor asing terus-terusan jual saham mereka di pasar Indonesia. Aksi ini dipicu oleh tensi dagang yang masih panas antara AS dan India.
Washington menaikkan tarif impor dari New Delhi menjadi 50% untuk pembelian minyak dari Rusia. Langkah ini dikritik Presiden AS Donald Trump karena dianggap membiayai perang di Ukraina.
Meski begitu, ada sedikit angin segar dari komentar Presiden Trump. Saat ditanya tentang hubungan dengan India, Trump menyatakan kedua negara punya hubungan istimewa dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Coba kita lihat angkanya:
- Jumat lalu saja, investor asing sudah jual saham senilai Rp 1.304,91 miliar.
- Kalau dihitung dari awal September 2025, total penjualannya sudah tembus Rp 5.666,901 miliar.
- Parahnya, penjualan ini sudah berlangsung tiga bulan berturut-turut, dengan total akumulasi mencapai Rp 94.569,6 miliar dari Juli hingga Agustus 2025.
Peluang Suku Bunga Fed Dipangkas Lebih Drastis
Dolar AS sendiri lagi nggak stabil. Makanya, USD/IDR juga ikut melemah. Pasar sekarang menduga-duga kalau Federal Reserve bakal memangkas suku bunga lebih drastis dari biasanya di rapat minggu depan. Ekspektasi ini muncul setelah kondisi pasar tenaga kerja AS memburuk.
Menurut CME FedWatch Tool:
- Ada kemungkinan 10% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin.
- Target baru suku bunga bisa jadi 3,75%-4,50% di rapat bulan September.
Laporan Nonfarm Payrolls (NFP) Agustus yang mengecewakan semakin menguatkan ekspektasi ini. Penambahan pekerja baru hanya 22 ribu (jauh di bawah ekspektasi 75 ribu) dan merupakan pertumbuhan terlemah sejak Januari 2021. Tingkat pengangguran juga naik ke 4,3% dari 4,2%.
Minggu ini, perhatian utama investor tertuju pada data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk Agustus yang akan dirilis Kamis.
Analisis Teknis USD/IDR
Kalau dilihat dari grafik, pergerakan USD/IDR masih terlihat bullish untuk jangka pendek. Pasangan ini berhasil bertahan di atas level 87,80, yang merupakan indikator penting (EMA 20 hari). Indikator momentum Relative Strength Index (RSI) juga stabil di atas 60,00, menandakan momentum positif baru mulai terbentuk.
Level-level penting yang perlu diperhatikan:
- Support Utama: Sekitar 87,80
- Resistance Kunci: Level psikologis 89,00
Pergerakan di sekitar level-level ini akan menentukan arah tren selanjutnya.
One thought on “Rupiah Menguat Tipis Terhadap Dolar AS di Tengah Intervensi Bank Indonesia”