IHSG ditutup melemah 0,04% ke 8.391,24 pada Senin (10/11/2025) setelah sempat menguat di awal sesi. Saham DSSA anjlok 12% dan menyeret indeks, sementara GOTO melonjak hampir 10% di tengah isu merger dengan Grab. Pasar kini menanti data ekonomi penting dari AS, China, dan Jepang.
Sektor Utilitas dan Properti Jadi Penopang, Energi Jadi Penekan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal mempertahankan penguatan yang sempat terjadi di awal perdagangan hari ini, Senin (10 November 2025). Setelah dibuka menguat signifikan, indeks justru berbalik arah dan ditutup turun tipis 0,04% atau -3,35 poin ke posisi 8.391,24.
Padahal, pada pembukaan sesi pagi, IHSG sempat melonjak hingga 1% pada satu jam pertama perdagangan sebelum penguatannya menyusut menjadi 0,25% di akhir sesi I. Rentang pergerakan indeks hari ini tercatat antara 8.391,24 hingga 8.478,15, dengan 389 saham menguat, 300 melemah, dan 267 stagnan.
Total nilai transaksi mencapai Rp20,61 triliun, melibatkan 43,38 miliar saham dalam lebih dari 2,6 juta kali transaksi. Aktivitas perdagangan yang tinggi menunjukkan pasar masih aktif meskipun indeks bergerak terbatas.
Berdasarkan data Refinitiv, mayoritas sektor masih berada di zona hijau. Sektor utilitas memimpin penguatan dengan kenaikan 2,3%, diikuti sektor properti (1,73%) dan bahan baku (1,07%).
Namun, sektor energi justru menjadi penekan terbesar dengan koreksi -3,52%, diikuti finansial (-0,57%), kesehatan (-0,48%), dan konsumer primer (-0,13%).
Penurunan tajam pada sektor energi terutama dipicu oleh aksi jual besar-besaran pada saham Dian Swastatika Sentosa (DSSA). Saham milik konglomerasi Sinar Mas Group tersebut anjlok 12% ke level 88.000, dan menjadi penyumbang penurunan indeks terbesar hari ini dengan kontribusi -46,28 poin terhadap IHSG.
GOTO Naik Hampir 10% Berkat Isu Merger dengan Grab
Meski sejumlah saham unggulan terkoreksi, beberapa saham berhasil menopang indeks agar tidak jatuh lebih dalam. Tiga saham dengan kontribusi positif terbesar hari ini adalah GoTo Gojek Tokopedia (GOTO), Barito Renewables Energy (BREN), dan Jaya Sukses Makmur Sentosa (RISE).
* GOTO naik tajam 9,84%, menyumbang 12,93 poin terhadap IHSG.
* BREN menguat signifikan, menambah 9,53 poin.
* RISE turut menopang dengan kontribusi 5,35 poin.
Kenaikan saham GOTO tak lepas dari hembusan isu merger dengan Grab yang kembali mencuat. Isu ini bahkan disebut sempat dibahas di Istana, menurut pernyataan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, yang menyebutkan bahwa pembicaraan terkait penyempurnaan Peraturan Presiden (Perpres) ojek online (ojol) turut menyinggung potensi penggabungan dua raksasa teknologi tersebut.
Kabar tersebut membuat investor kembali optimistis terhadap prospek konsolidasi industri teknologi nasional, sehingga saham GOTO menjadi sorotan utama perdagangan hari ini.
IHSG Masih Cetak Rekor Pekan Lalu
Meski hari ini terkoreksi tipis, IHSG masih menunjukkan performa yang solid dalam jangka pendek. Sepanjang pekan lalu, IHSG naik 2,83% ke level 8.394,59, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
Kenaikan tersebut membuat pasar modal domestik menjadi salah satu yang terkuat di kawasan Asia, menunjukkan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global. Namun, volatilitas hari ini mengingatkan bahwa pasar masih sensitif terhadap perubahan sentimen global dan fluktuasi saham berkapitalisasi besar.
Sentimen Global dan Data Ekonomi Jadi Arah Pergerakan Berikutnya
Pekan ini, pelaku pasar diperkirakan akan bersikap lebih berhati-hati. Setelah periode relatif tenang pada minggu sebelumnya, bursa global, obligasi, dan nilai tukar akan menghadapi gelombang volatilitas baru karena sejumlah rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat, China, dan Jepang.
Fokus utama investor internasional tertuju pada data inflasi Amerika Serikat (CPI) yang dijadwalkan rilis Kamis malam waktu Indonesia, karena hasilnya akan menjadi acuan arah kebijakan The Federal Reserve (The Fed) berikutnya.
Selain itu, data ekonomi China yang akan diumumkan pada Jumat juga menjadi perhatian utama, karena hasilnya akan menjadi indikator apakah pemulihan ekonomi Negeri Tirai Bambu berlanjut atau mulai kehilangan momentum.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis dua data utama yang mencerminkan kekuatan konsumsi masyarakat. Data ini akan menjadi referensi penting bagi investor lokal dalam menilai prospek pertumbuhan ekonomi dan arah kebijakan suku bunga domestik.
Daya Beli dan Inflasi Jadi Fokus Investor
Mayoritas data ekonomi yang akan dirilis pekan ini berkaitan dengan penjualan ritel dan inflasi, dua indikator kunci yang mencerminkan daya beli konsumen global. Setelah China mengumumkan inflasi yang melambat di luar ekspektasi pekan lalu, pasar kini menantikan data penjualan ritel dari Indonesia dan indeks harga konsumen (IHK) dari AS untuk melihat arah ekonomi ke depan.
Jika hasilnya menunjukkan penurunan tekanan inflasi, kemungkinan The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil lebih lama, yang bisa memberikan sentimen positif ke pasar negara berkembang seperti Indonesia. Namun, bila inflasi kembali meningkat, tekanan terhadap aset berisiko termasuk IHSG bisa kembali menguat.
IHSG Masih Tangguh, Tapi Waspada Aksi Ambil Untung
Secara keseluruhan, pelemahan IHSG hari ini bersifat teknikal dan terbatas, lebih disebabkan oleh koreksi saham berkapitalisasi besar seperti DSSA. Dukungan kuat dari saham teknologi seperti GOTO dan BREN menandakan bahwa minat investor terhadap pasar domestik masih cukup solid.
Namun, dengan padatnya agenda ekonomi global pekan ini, pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada terhadap potensi aksi ambil untung jangka pendek. IHSG berpotensi bergerak dalam rentang 8.350–8.450 dalam beberapa hari ke depan, dengan peluang penguatan terbuka jika data global mendukung sentimen risiko positif.
One thought on “IHSG Tergelincir Tipis: Koreksi DSSA Seret Indeks Gagal Tembus 8.400 di Tengah Sentimen Global”